Semut
kecil yang merasa kesepian, sendirian menerjang badai dan hujan, pahit
kehidupan telah ia rasakan, kesabaran menjadi kunci untuk bertahan.
Tak
mampu menentang kehendak tuhan, hanya menerima seikhlas hati, tertatih ia
melangkah lalui hari demi hari, manatap langit dan bertanya “kapan semua ini
akan berakhir?”
Semut
kecil berjalan pincang, tetap melangkah maju ke depan, meski bebatuan tajam
yang harus ia lalui, tak menyerah pada keadaan, pahit kehidupan hadapi dengan
senyuman
Senyum
berlapis tangis tawa menyembunyikan derita, jauh di lubuk hatinya menyimpan
tanya “mengapa aku. Mengapa aku yang harus merasakan ini?” tetes air mata
menyelimuti kesendiriannya
Semut
kecil tak sama dengan yang lainya. Ia berbeda. Musibah yang menimpanya membuat
ia tak berdaya. Hanya ketegaran hati yang mampu membuatnya tetap bertahan
Semut
kesepian berdoa “tuhan ini memang salahku. Aku yang tak mampu menjaga tubuh
ini, aku yang tak mampu memperbaiki kesalahan ini, aku memohon ampun padamu”
andai aku boleh meminta berikanlah aku kesabaran berikan aku jalan, berikan aku
teman, akan ku jaga semampuku apa yang telah engkau titipkan”
Semut
kecil menghapus air matanya, dan ia tersenyum. Dan berkata di dalam hati. “aku
pasti mampu dan aku tak akan pernah menyerah”
by: Iyon Nurfajar, S.Pd.